Selasa, 04 Januari 2011

Ikhtiyar, doa dan tawakal

Tiga kata itu saling melengkapi. Ketika usaha sudah dilakukan secara maksimal, maka berdoa dan menyerahkan segalanya pada Allah menjadi penutup yang sempurna. Walau terkadang hasil yang kita harapkan tidak sesuai, itulah yang terbaik saat ini. Manakala harapan itu melebur dalam doa yang dikabulkan, puji syukur kita kepada Allah begitu besar.

Lalu, apakah aku harus menangisi doa yang belum terkabul? Tidak demikian. Karena Allah tidak tuli, Allah Maha Mendengar. Teruslah meminta karena bisa jadi ada sesuatu yang jauh lebih baik yang sudah disiapkan Allah untukku.

Seorang sahabat mengirimkan kutipan yang indah, “Dalam makna memberi posisi kita sangat kuat. Kita tidak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah atau melankolis saat kasih kandas karena takdirNya. Sebab di sini kita justru sedang melakukan sebuah ‘pekerjaan jiwa’ yang besar dan agung, MENCINTAI” (Anis Matta dalam serial cinta).

Begitulah adanya hidup ini. Semua keputusan berada dalam genggamanNya, Sang Pemilik Jiwa. Kita hanya diminta untuk menjalani apa yang menjadi takdirNya, diikuti dengan ikhtiyar yang dapat kita lakukan dan terus menerus berdoa.

Selasa pagi yang sejuk,

4 Januari 2011

Rabu, 29 Desember 2010

Kasih Ibu

Selasa pagi, hujan turun sejak subuh. Seperti biasa, sebelum berangkat aku menyelesaikan pekerjaan rumah, mencuci pakaian. Betapa sangat terbantu dengan adanya mesin cuci, sehingga menghemat waktu ^^.

Karena pagi itu hujan, aku pun berangkat lebih siang. Hari itu tidak seperti biasanya, aku naik patas 54 Depok - Grogol. Harapanku bisa dapet duduk, tapi ternyata udah penuh. Ada 1 bangku yang masih kosong, tapi itu juga karena basah (bagian atasnya bocor).

Ga berapa lama kemudian, naiklah serombongan ibu-ibu beserta seorang anaknya. Setelah bis melaju beberapa saat dan hujan mulai berhenti, sang Ibu menyuruh anaknya untuk duduk. Anaknya ga mau karena bangkunya masih basah. Tapi sang Ibu keukeuh sambil mengeluarkan sapu tangan handuk kemudian Ibu itu mengelap bangku yang basah tersebut sambil mengelap bagian atas supaya tetesan airnya ga jatuh kena anaknya.

Sejenak aku terharu melihat kejadian itu. Memang terbukti bahwa kasih sayang seorang Ibu tidak terbatas. Seharusnya sang Ibu bisa duduk di bangku itu, tapi beliau mendahulukan anaknya.