Sabtu, 01 November 2008

Cerita dari sebuah bis jurusan Kp.Melayu-Grogol

Suatu sore, setelah ashar, aku pulang lebih awal dari kantor. Sore itu aku berniat menjenguk ibu yang sedang dirawat di RS St. Carolus. Well, ini bukan tentang penyakit ibuku atau tentang perasaanku saat ibu sakit. Tapi ini sedikit cerita mengenai kejadian yang aku lihat selama di bis menuju Carolus.

Aku baru menyadari setelah beberapa menit duduk di bis, ada seorang laki2 bule yang juga menumpang bis 213 (Kp.Melayu-Grogol). Aku sempet heran, koq bule itu mau ya naik bis non AC. Padahal udara Jakarta itu kan panas dan lembab. Aku perhatikan, wajah bule itu mulai kemerahan. Kebayang kan kalau orang kulit putih kepanasan gimana. Plus, mulai deh keringatnya bercucuran. Trus aku jadi inget, mungkin dia seorang backpacker. Jadi, memilih transportasi yang lebih murah.

Aku terus memperhatikan apa aja yang dilakukan oleh bule itu. Ketika ada seorang anak kecil ngamen di dalam bis, bule itu mengambil foto anak kecil tersebut. Bule itu mengambil beberapa gambar anak itu. Dan ketika anak itu selesai ngamen, bule itu memberikan uang 1 lembar pecahan seribu. Dia memberikan uang itu dengan tersenyum tulus. Aku jadi seolah-olah diingatkan oleh bule itu, bahwa seringkali kita melupakan hal kecil (seperti tersenyum) saat memberikan uang ke pengamen/pengemis atau saat kita berinfak. Mudah-mudahan itu murni karena kita lupa, bukan karena kita ga ikhlas memberikan infaq sehingga kita memberikan infaq/sedekah tanpa tersenyum. (Inget kan bahwa senyum itu adalah sedekah)

Perjalanan masih agak jauh dan bule itu masih ada di bis. Ketika ada pengamen lain yang masuk ke dalam bis, hal yang sama pun dilakukan oleh bule itu. He took picture and give them money. Hmm...mungkin bule itu ga nemu yg kayak gini di negara asalnya ya...(^_^)

1 komentar:

Dyah Ayu Kirana mengatakan...

wah bener juga kita sering lupa senyum. malah kalo ngasih duit sambil malingin muka. udah ngasihnya cepek, ga pake senyum lagi...